Pendidikan Darurat di Ujung Tanduk: Plafon Rusak dan Dana PIP Jadi Jarahan di SMPN 4 Pasarkemis!

oleh

Tangerang | Antero.co – Dunia pendidikan di SMPN 4 Pasarkemis, Kabupaten Tangerang, tengah menjadi sorotan tajam. Bukan karena prestasi gemilang, melainkan karena gambaran buram kerusakan infrastruktur parah dan dugaan penjarahan dana Program Indonesia Pintar (PIP) yang seharusnya menjadi hak siswa miskin. Jumat (07/11/25)

Kontras menyakitkan terlihat jelas: plafon ruang kelas yang Rusak membuat Tidak nyaman siswa , sementara hak pendidikan para siswa justru ‘dirobohkan’ oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab yang diduga menilep dana bantuan vital.
Plafon Rusak, Nasib Siswa Terancam
Kondisi fisik sekolah dilaporkan memprihatinkan.

Sejumlah plafon kelas telah rusak menciptakan lingkungan belajar yang jauh dari kata aman dan nyaman. Ironisnya, di tengah kondisi darurat sarana ini, muncul laporan yang lebih mencengangkan: dugaan kuat adanya penyelewengan dana PIP.

Dana PIP Jadi Jarahan Oknum Guru?
Dana PIP, yang ditujukan untuk membantu biaya personal pendidikan siswa dari keluarga kurang mampu, disinyalir telah ditilep oleh oknum di lingkungan sekolah.

Beberapa orang tua siswa mengeluhkan anak mereka tidak menerima dana tersebut, padahal terdaftar sebagai penerima bantuan. Dugaan penyelewengan ini menambah daftar panjang ironi di dunia pendidikan, di mana bantuan untuk kaum papa justru menjadi ‘proyek’ oknum tak bermoral.

Preman Berkedok Komite Hadang Aktivis Gmaks!
Kondisi semakin memanas ketika para aktivis dari Gerakan Moral Anti Kriminalitas (Gmaks) berupaya akan melakukan investigasi dan advokasi terkait dugaan penyelewengan ini. Upaya mereka untuk menuntut transparansi dan akuntabilitas disambut dengan cara-cara intimidatif dan premanisme.

individu yang mengaku sebagai “Komite Sekolah” – namun gerak-gerik dan sikapnya lebih menyerupai preman – secara terang-terangan menghadang langkah aktivis Gmaks.

Insiden penghadangan ini, yang diduga kuat sebagai upaya membungkam kritik dan menutupi borok institusi, menunjukkan adanya indikasi jaringan mafia pendidikan yang merasa kebal hukum.

Individu berkedok komite ini bertindak seolah-olah memiliki hak eksklusif untuk menjaga praktik gelap, menempatkan kepentingan pribadi di atas nasib ribuan siswa.

Komentar Tajam GMaks: “Pendidikan Dijadikan Ladang Kriminal!”
Merespons keras insiden penghadangan dan borok yang terkuak, perwakilan GMaks melontarkan komentar yang sangat pedas dan menohok.

> “Ini bukan lagi masalah administrasi yang lalai, ini adalah skandal kriminalitas terorganisir di jantung institusi pendidikan! Plafon yang rusak itu gambaran fisik bobroknya moral di sekolah tersebut.Dana PIP yang diembat, itu adalah perampasan hak anak-anak miskin.

Dan yang paling menjijikkan, preman berkedok komite sekolah justru menjadi tameng bagi para koruptor pendidikan! Kami tegaskan, Gmaks tidak akan mundur.

Pendidikan anak bangsa bukanlah ladang korupsi! Kami menuntut Kejaksaan dan Kepolisian segera turun tangan, usut tuntas, dan seret semua pihak yang terlibat, termasuk oknum preman yang bersembunyi di balik jubah Komite Sekolah!”
>
Komentar ini menjadi alarm keras bagi aparat penegak hukum dan Dinas Pendidikan. Situasi di SMPN 4 Pasarkemis bukan lagi sekadar masalah teknis, melainkan cerminan darurat moral dan hukum yang mendesak untuk segera diatasi.

 

(HN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.