Hari Pertama MPLS, SMAN 4 Tangerang di Warnai Protes Para Warga, Aktivis dan LSM, Pihak Sekolah Tidak Transparansi

oleh -23 Dilihat

Kabupaten Tangerang | Antero.co – Kisruh dan penuh drama selalu terjadi saat penerimaan Siswa Baru di Sekolah negeri di Seluruh Indonesia terutama di Provinsi Banten.

Salah satunya adalah SMA Negeri 4 Kabupaten Tangerang. Hampir tiap tahun sekolah ini selalu kisruh, ramai bagai Pasar Sore Dekat Perumahan Meditrania Sukamulya, jual beli kouta dan kursi terjadi di sini, dugaan ini kuat tercium dan ditambah pihak sekolah sangat erat mengunci data keseluruhan siswa yang katanya berjumlah 360 siswa yang diterima namun 3 tidak hadir karena tidak melakukan daftar ulang.

357 Siswa baru, hari ini sedang melaksanakan MPLS ( Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah).

Dibalik semaraknya MPLS, SMA Negeri 4 Kabupaten Tangerang diramaikan oleh Protesnya para aliansi warga, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan penggiat kontrol sosial termasuk didalamnya kaum media.

Bagaimana tidak dan ironis, Calon Siswa yang berjarak 2 meter dari Gerbang Sekolah ini, tak berdaya berhadapan dengan sistem penerimaan siswa baru yang serba Online yang katanya Sistem ini sudah terukur dan teruji. Sistem ini tidak mampu di ajak kompromi sehingga diharapkan Setiap penerimaan siswa baru di mana pun bisa terselesaikan dengan sistem buatan manusia yang operasikannya juga dimainkan oleh lentiknya jari manusia.

Menurut Jumadil Qubro sistem yang carut marut ini menuai polemik dan ketidak adilan ketika sistem ini membungkam keinginan warga sekitar hanya bisa bermimpi untuk bersekolah di kampungnya sendiri. Dengan dalih lebih efien efektif dan bersekolah di Negeri “tidak terlalu mencekik”

Sekolah di Negara yang katanya Memiliki tujuan ingin mencerdaskan kehidupan bangsa dan mensejahterakan kepentingan umum, lagi lagi hanya sebuah kiasan yang selalu menghiasi sambutan-sambutan elit semata, “Jangan pernah putus Sekolah, Anda adalah pemimpin masa depan,” nasehat itu pun hanya sebuah sajak di tengah gurun tak bertepi.

Banyaknya oknum yang bermain di Setiap penerimaan siswa baru ditenggarai menjadi lahan transaksional oknum sekolah dari guru, kepala sekolah dan pengawas di duga bermain mata dan menjadikan setiap penerimaan siswa baru harus dibayar mahal ketika tidak diterima dengan sistem yang diterapkan.

Tidak transparansinya sekolah sebagai pihak yang menerima anak didik seakan ikut bungkam dengan melempar kesalahan bahwa sistemlah yang memutuskan, namun lagi lagi semua itu terbantahkan ketika “titipan-titipan” itu menabrak semua aturan aplikasi yang di awal penulis seakan dijadikan Hakim terakhir.

Pemerintah harusnya berpihak kepada rakyat bukan berpihak kepada pengusaha-pengusaha swasta yang memiliki Yayasan Pendidikan. Bangunlah infrastruktur sekolah-sekolah negeri yang murah dan berkwalitas.

SMAN 4 Tangerang sebagai contoh dimana Dugaan itu kuat terjadi transaksional disetiap penerimaan siswanya.

Dengan memasang data siswa baru di mading mading dan pusat informasi sekolah, tentu akan menjadikan sekolah itu tidak lagi menjadi bulan-bulanan pertanyaan orang tua yang anaknya gagal di sekolah tersebut.

Sikap tertutup ini sangat disayangkan, SMAN 4 Tangerang harus segera dibersihkan dari oknum-oknum dan calo-calo siswa, sehingga tiap tahun selalu gaduh bak pasar malam penuh tipu-tipu, apakah ini wajah lembaga pendidikan kita sekarang.

“Tempel data siswa baru aja susah, apalagi memberi data kepada kami,”tutup Jumadil Qubro.

(BG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.